Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mahasiswa Move On Jadi Pemenang

Kronologibayu- [Sabtu Legi, 27 April 2013] Pekan-pekan krusial bagi mahasiswa veteran seperti Saya. Mengejar deadline skripsi bagaikan kejar setoran. Semuanya saya lakukan untuk segera Move On dari bangku perkuliahan. Move On bukan berarti tidak senang menuntut ilmu di perkuliahan melainkan Mahasiswa semester akhir ingin segera lulus dan bekerja.

Tanggal 27 adalah sabtu terakhir, pekan terakhir skaligus weekend terakhir di bulan april. Meskipun tidak ada hal yang spesial namun setidaknya saya dapat memanfaatkan hari itu untuk rehat sejenak.

Anak gaul atau anak orang kaya biasa memanfaatkan akhir pekan untuk travelling, shopping atau pesta akhir pekan. Boro-boro untuk traveling etc, untuk bayar uang parkir saja saya dibayarin temen. Maklum saya bukan anak orang konglomerat.

Akhir pekan biasa saya manfaatkan untuk menekan Right Click+Refresh pada otak apabila sudah mengalami kejenuhan pada Level 3 dalam rentang skala 1-5. Kegiatan refreshing yang saya lakukan sangat sederhana dan ekonomis. Meskipun sederhana dan ekonomis namun tidak mengurangi esensi dari penyegaran yang saya lakukan.

Saya biasa melakukan penyegaran dengan berkumpul bersama keluarga dirumah, atau bercengkrama dengan adik laki-laki saya yang sangat lucu dan terkadang kontroversial dibeberapa kesempatan, maklum dia masih berumur 5 tahun kala itu.

Bermain bola sepak dengan adik adalah hal favorit diakhir pekan. Kami senang bermain bola karena sama-sama  menyukai bola. Apalagi adik saya, dari umur 3 tahun telah menyukai bola, dari bola kecil seukuran bakso hingga bola ukuran besar ada di kotak mainannya. Kalau diajak bepergian oleh orang tua pasti dia pulang dengan membawa bola baru.

Ada bola berbahan karet dengan motif duri yang sangat lucu, ada lagi bola sepak berbahan plastik yang menyakitkan apabila kena mata, ada lagi bola basket lengkap dengan ring ukuran mini, ada lagi bola kecil berbahan dari glass yang berukuran sangat kecil, (maaf itu kelereng bukan bola). ya pokoknya koleksi bola adik saya ini banyak.

Saya menduga dengan hobi adik bermain dan mengoleksi bola. Jangan-jangan dimasa mendatang dia adalah pewaris kaki ajaib David Beckham, tendangan gledek Roberto carlos, atau kocekan maut ala CR7.  Atau jangan-jangan dia adalah pewaris kursi kepemimpinan PSSI, Huallahu’aklam. Semoga kebaikan selalu tercurah kepada anak muda tersebut.

Masih di hari yang sama yaitu Sabtu Legi atau  malem minggu pahing (penyebutan orang jawa).  Sabtu Legi adalah jadwal pertemuan Karang Taruna kampung saya. Pertemuan Karang Taruna bagi saya adalah salah satu kegiatan refreshing yang ciamik. Dengan saling tukar pikiran atau share and care dengan teman-teman, rasa penat bisa terobati.

Dalam pertemuan Karang Taruna kali ini ternyata ada agenda pemilihan ketua baru sekaligus perombakan struktur pengurus Karang Taruna. Pemilihan Ketua dan wakil yang baru di Karang Taruna saya berbeda dari cara kebanyakan. Jika sebelum pemilihan biasanya ada yang dicalonkan sebagai Kandidat Ketua dan Wakil, maka hal tersebut tidak ada di Karang Taruna saya pada saat itu. Jadi, semua anggota berpeluang menjadi Ketua dan Wakil Karang Taruna. Semua anggota bebas memilih siapa saja, termasuk memilih diri sendiri pun juga boleh (jika merasa mampu).

cerita lucu jadi ketua karang taruna, cerita kali ini mengisahkan seorang pemuda desa yang terpilih menjadi ketua karangtaruna, mahasiswa ingin Move On, Mahasiswa, Deadline Skripsi, Skripsi Kuliah

Pemilihan ketua dipilih secara bebas, jujur dan adil. Semua anggota diberi secarik kertas untuk menuliskan dua nama yang dipilih sebagai Ketua dan Wakil. Sesuai kesepakatan bersama,  Ketua adalah laki-laki sedangkan Wakil adalah perempuan.

Motivasi memilih setiap anggota sangat bervariasi,
  1. Ada yang memilih orang lain lantaran agar dirinya tidak menjadi Ketua/Wakil.
  2. Ada anggota yang iseng dengan menulis namanya sendiri dengan nama wakil sang pujaan hati
  3. Ada yang benar-benar memilih orang lain karena orang lain tersebut dianggap mempunyai kapabilitas untuk menjadi pemimpin.

Kebanyakan motivasi terakhir ini yang dimiliki oleh para anggota untuk memilih ketua kala itu. (semoga bukan motivasi yang lain. )

Pada saat itu saya memilih tetangga saya bernama Totok yang akrab dipanggil takhesi sebagai ketua dan wakilnya adalah Siti Nurjanah. Kedua sosok tersebut saya pilih lantaran mereka pantas dan cocok menjadi pemegang tampuk kepemimpinan Karang Taruna.

Track Record kedua sosok ini sudah tidak diragukan lagi. Totok adalah pengajar di Madrasah Ibtidaiyah sedangkan Siti adalah pengajar di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jadi secara Leadership, pengalaman berorganisasi, serta kemampuan mengkoordinasi sudah mereka miliki. Boleh di kata mereka mempunyai kapabilitas untuk menjadi seorang pemimpin.

Proses pemilihan telah usai, maka tibalah pada saat yang mendebarkan dan menegangkan yaitu proses penghitungan suara>>

Suasana penghitungan suara sangat seru, ada yang membawa spanduk besar mendukung sang idola, ada yang berteriak lantang “Stop Kenaikan BBM!!, ada yang memblokir jalan dengan Ban yang dibakar. Ada juga yang melempari Kantor KPU dengan Tomat Busuk. Bahkan ada lagi ulah dari pemilih yang sangat ekstrim yaitu menggebrak meja seraya berkata DEMI TUHAAAN!!!....DEMI TUHAAAN!!! terkutuk kau SUMUR!!.  Pokoknya meriah deh saat penghitungan suara.

Saya optimis pilihan saya yaitu Totok dan Siti pasti keluar sebagai pemenang. Namun optimisme dalam diri saya seakan pudar ditelan keadaan. Setelah pembacaan demi pembacaan kertas suara, dahi saya mulai menciut. Ternyata nama Totok dan Siti hanya bergema beberapa kali saja.

Di luar dugaan Saya, ternyata yang keluar sebagai pemenang adalah  
MAHASISWA MOVE ON 
Ya benar,. itu adalah Saya..

Memang tidak ada kepikiran sama sekali dari saya untuk menjadi Ketua terpilih. Namun dari hasil kemenangan mutlak pemilihan telah memberikan motivasi bagi saya untuk memegang baik-baik amanah ini.

Pada saat itu saya langsung mengucap beberapa patah kata,  “Saya mengucapkan terima kasih telah memilih saya, Saya berharap memilih saya bukan karena kalian menghindar dari kewajiban menjadi pemimpin, lebih dari itu dukung saya dan Bantu saya. Mari kita buat Karang Taruna ini menjadi lebih baik, Kebaikan Karang Taruna ini adalah kebaikan kita bersama.” (dlm bhs Jawa).  Itulah  kurang lebih kata yang terucap pada saat itu.

Meskipun menjadi pemimpin di tingkat dukuh, setidaknya pengalaman saya ini dapat menjadi cerita di kemudian hari. Cerita di hari tua yang dapat diceritakan kepada anak cucu bahwa dulu Kakeknya pernah menjadi Ketua Karang Taruna.

Demikian pengalaman saya berjudul Mahasiswa Move On jadi Pemenang.

~Sekian~.